Aku berjalan ke barat..matahari mengikutiku di belakang
Ku ikuti bayang-bayangku sendiri yang memanjang di depan...
Pernah terpikir apakah aku atau matahari yang menciptakan bayang-bayang...?
Tak peduli aku atau matahari-kah yang harus berjalan di depan. Namun barat adalah arah pasti.. dan bayang-bayang menunjukkan arah hingga pada kesimpulan.
Hidup bagaikan teka teki, dan takdir pun telah dimulai... Bagai sebilah mata pisau yang dua sisinya sangat tajam.. matanya yang kadang redup tapi tiba-tiba hidup...dan mampu mengiris segalanya. Aku hanya segumpal daging merah...dan sedikit darah.. Ingin ku tatap segalanya yang penuh dengan isyarat... yang timbul dan tenggelam di sela-sela gema dan larik-larik kehidupan.
Aku ingin ikhlas dan belajar menerima apa adanya, tapi kata yang kurangkai ternyata salah.. Dia hadir dan terus menatapku, tubuhku menggigil dan gemetar, apakah makna tatapan-mu?...
Benar engkaukah di ujung Sana?...
Semua diam tak ada yang mampu terucap
Dan tak ada satupun pertanyaanku yang bisa terjawab
Hingga subuh menjelang
Matanya pun tampak sembab..
Lalu dari sudut-sudutnya
Muncul gelembung-gelembung darah
Yang satu demi satu pecah.. dan ku tak mampu lagi menatapmu
Karena sesungguhnya ku tlah mati dalam hidup....

Tidak ada komentar:
Posting Komentar